Sejarah Desa Bulak


Sejarah Desa Bulak 


Desa Bulak Kecamatan Jatibarang merupakan desa yang terletak di Wilayah Kabupaten Indramayu, dengan batas sebelah utara dengan Desa Bulak Lor,  sebelah Timur dengan Desa Sleman Lor, sebelah Barat dengan Desa Jatibarang dan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pilangsari.


Bicara mengenai Sejarah Desa Bulak, tidak lepas dari keberadaan Situs Buyut Banjar dan keranya yang berjumlah 41 ekor.
Sejarah asal usul Desa Bulak dan legenda keranya berawal dari upaya pembuatan atau penggalian kali Prawira Kepolo oleh masyarakat Bulak pada tahun 1800an. Pada saat itu Bulak dipimpin oleh Nyi Sular,  anak tunggal dari Ki Laita  yang berasal dari Rancajawat hasil perkawinannya dengan Nyi Wana.
Nyi Wana adalah seorang wanita yang pertama kali menemukan dan menempati Bulak. Nyi Wana berasal dari Kerajaan Suryanegara yang ditugaskan untuk membangun padepokan baru, membuka pemukinan baru tak jauh dari daerah yang bermata air besar menyerupai sumur dan tak pernah berhenti yang pada saat itu disebut dengan istilah BULAK atau BUBUL kata orang Cikedung, MUMBUL Kata orang Bulak sekarang, atau MULAK (bergejolak) istilah untuk air yang menyembul ke permukaan menurut penyusun.
Bersumber pada cerita rakyat, yang disampaikan  dari  mulut  ke  mulut. Sasakala Desapun dimulai dan betapa susah kami mencari kebenarannya manakala dari sumber lain ternyata berbeda versi. Dengan ini Kami memohon maaf yang setulus-tulusnya kepada para Sepuh Bulak baik yang masih hidup maupun yang sudah tiada apabila dalam pemaparan legenda ini terdapat kesalahan.
Pada jaman dahulu sekitar tahun 1600 sejaman dengan Pangeran Cakra Buana, ada lima kerajaan atau pangeran yang berkuasayaitu:
  1. Pagusten Pangeran Suryanegara (dari Cirebon)
  2. Pangeran Mangkunegara (adik Pangeran Suryanegara) yang bertempat tinggal di desa Sleman.
  3. Pangeran Kartanegara, bertempat tinggal dikampung Karang kendal.
  4. Pangeran Martanegara, bertempat tinggal di Gunung Jati.
  5. Pangeran Patmanegara, bertempat tinggal di Wanacala (sebelah Timur Cirebon).

Diantara kelima Pangeran itu, Pangeran Suryanegaralah paling berkuasa dan yang paling mempunyai kesaktian.Daerah sebelah Barat yang dikuasainya diantaranyayaitu Bulak disamping Daerah Timur yang kerapkali kekurangan air.
Untuk upaya pembagian air pada jaman itu, maka Pangeran Suryanegara mengutus Nyi Ayu Kelir dari daerah Kedokan supaya bekerja bersama-sama dengan utusan dari kerajaan lainnya untuk membuat bendungan di Kali Logangga Tisna.Utusan dari Kedokan berjumlah 41 orang dipimpin oleh Ki Ratim.
Pada suatu hari Sang Pangeran mengecek hasil kerja ke 41 utusan tersebut, yang sebelumnya  Pangeran  menitipkan   bungkusan  dengan  pesan  jangan  dulu  dibuka  sebelum  Beliau kembali setelah sholat Jum’at. Namun betapa kagetnya  ketika  dijumpainya bungkusan itu sudah terbuka dan 41 utusan memakan  isi bungkusan yang ternyata buah kurma itu sambil naik di  atas  pohon.
Melihat kenyataan itu, Sang  Pangeran  marah  karena pesannya  tidak  dipatuhi  dan  berucap    “ Kaya Dudu Sifate Menusa, tapi Sifate Kunyuk ! “ ( Seperti Bukan Sifat dari Seorang Manusia Tetapi Sifat Hewan Monyet ! )
Dengan seijin Allah SWT,  seketika ke 41 utusan  itu  berubah  wujud  dari  manusia  menjadi seekor kera.
Kisah – kisah legenda memiliki nilai – nilai ajaran luhur atau pesan  moral  yang  mesti kita renungkan tentunya pendahulu kita ingin memuliakan kita, agar disiplin, amanah,  bersatu kompak dan tidak seenaknya sendiri agar tidak dikutuk seperti kera.
Sampai sekarang, konon jumlah kera itu tidak berubah meskipun  dijumpai  bayi  kera atau kera muda yang menggelayut di perut induknya sering terlihat oleh warga sekitar.
Dan belum pernah dijumpai bangkai kera  padahal  sudah ada  kera yang sudah  tua dan  sakit parah. Secara logika umur makhluk hidup itu  terbatas  pasti  akan  menemui  kematian  tetapi hingga sekarang tidak sebujurpun bangkai kera ditemukan.
Anehnya  lagi  dan  perlu  mendapat  dikaji oleh kita,  kera – kera tersebut telah  hidup ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang silam. Tidak  hanya  kera,  pepohonan  yang tumbuh di Banjar  adalah jenis pepohonan hutan belantara seperti pohon Rengas, Keserut, dll. Pohon itupun sama usianya sudah ribuan tahun. Bahkan pernah menjadi objek penelitian oleh mahasiswa baik dalam maupun luar Indramayu.
Berikut ini nama – nama Kuncen atau Juru Kunci Situs Banjar Desa Bulak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu :
  1. Ki Kadis ( Pada jaman Belanda / VOC)
  2. Ki Kajan ( Pada jaman Jepang II)
  3. Ki Narim ( Pada jaman PKI)
  4. Ki Salkam
  5. Ki Kamsari
Demikian  sekilas  Sasakala Desa ini,  yang  kami  rangkum  setelah  dilakukan  tanya jawab dengan beberapa nara sumber.

Terbentuknya Desa Bulak
Sejarah  asal  usul  Desa  Bulak  secara  terperinci tidak bisa dihadirkan di sini, karena perlu investigasi dan penelitian lebih jauh agar benar – benar dapat dipertanggungjawakan. Kata Bulak sendiri memiliki pengertian  mata  air  yang berukuran  sangat  besar  menyerupai sumur yang airnya MULAK ( bergejolak )   sehingga  membentuk  rawa, entah berkaitan atau tidak karena  di sekitar  wilayah  Bulak  banyak  ditemukan  sumber mata air dan  barangkali berhubungan erat dengan keberadaan mata air di  daerah  lain  seperti  Balong Tambi,  Sumur Gede Kedokan, dsb.
Dari tanya jawab dengan beberapa nara sumber para sepuh, diperoleh keterangan atau catatan sejarah sesepuh kampung yang dipercaya oleh masyarakat  telah diurai  pada Sasakala Desa tersebut di atas.
Diawali oleh kepemimpinan Nyi Sular anak  semata  wayang  yang cantik jelita dari pasangan suami istri Ki Laita dan  Nyi  Wana,  yang terpikat asmara dengan pria bernama Suwarja oleh karena ketampanan dan kewibawaannya.
Sampai pada akhirnya mereka menikah  dan Nyi  Sular memutuskan  untuk  tidak  memimpin Daerah Bulak lagi.
Pada tahun 1806 desa Bulak melaksanakan pemilihan kuwu yang pertama kali, Suwarja salah calon dari ketiga yang mencalonkan Kuwu Bulak, sekaligus terpilih oleh masyarakat desa Bulak, dan menjabat sampai tahun 1822. berikut nama – nama Kuwu Bulak.
- Kuwu ke 2 yaitu ki Pastok 1822-1829
- Kuwu ke 3 yaitu Ki rembes 1829-1837
- Kuwu ke 4 yaitu Ki Guses 1837-1847
- Kuwu ke 5 yaitu Ki Rami 1847-1854
- Kuwu ke 6 yaitu Ki Buntas 1854-1869
- Kuwu ke 7 yaitu Ki Wardin 1869-1879
- Kuwu ke 8 yaitu Ki Surmi 1879-1886
- Kuwu ke yaitu Ki Tasba/Bedel 1886-1901
- Kuwu ke yaitu Ki Sartimah 1901-1909
- Kuwu ke 11 yaitu Ki Mesimah 1909-1919
- Kuwu ke 12 yaitu Ki Arsad / Ceret 1919-1927
- Kuwu ke 13 yaitu Ki Tiyam 1927-1936
- Kuwu ke 14 yaitu Warja / H.jubaedi 1935-1962
- Kuwu ke 15 yaitu Wasna 1963-1965
- Kuwu ke 16 yaitu Narkiyah 1965-1967
- Kuwu ke 17 yaitu Aripin 1967-1989
- Kuwu ke 18 yaitu Oni Masoni 1989-1988
- Kuwu ke 19 yaitu Mu'in 1988-1998
- Kuwu ke 20 yaitu Rono Baskoro 1998-2008
- Kuwu ke 21 yaitu Saefudin 2008-2009
- Kuwu ke 22 yaitu Surata 2009-2015
- Kuwu ke 23 yaitu Wanito Efendi 2015-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Karang Taruna Patriatama Bulak

SPIRIT KESETIA KAWANAN SOSIAL , KARANG TARUNA SANTUNI ANAK YATIM DAN DONOR DARAH INDRAMAYU (KT) - Ralam rangka Bulan Bhakti karang taruna, p...